Seorang wanita berusia 57 tahun
melakukan perawatan rawat jalan di fasilitas kesehatan untuk manajemen
hipertensi. Dia tidak memiliki riwayat penyakit jantung, dan berat
badannya meningkat hingga 15 Kg dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.
Tekanan darahnya 155/95 mmHg, dengan berat badan 86 Kg dan tinggi badan
165 atau dapat diketahui bahwa indeks masa tubuhnya adalah 31 dengan
lingkar pinggang 98 cm. Level trigliserida serum 175 mg/dl,
HDL-kolesterol 42 mg/dl, LDL-kolesterol 110 mg/dl dan glukosa 85 mg/dl.
Profil klinis menunjukan adanya sindrom metabolik. Dia bukan seorang
perokok, kebiasaan makanan tinggi karbohidrat, daging olahan, makanan
dan minuman ringan yang mengandung gula dan natrium dan kurang
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Dia tertarik untuk berubah
ke gaya hidup sehat. Diet seperti apakah yang dapat disarankan
untuknya?.
Problem Klinis
Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastoliknya 90 mm Hg atau lebih.
Morbiditas hipertensi meningkat pada orang-orang yang memiliki tekanan
darah 115/75 mm Hg. Hipertensi lazim dikaitkan dengan peningkatan risiko
stroke, infark miokard, gagal jantung, gagal ginjal dan berbagai
kerusakan fungsi organ lainnya. Tekanan darah sistolik lebih dari 115 mm
Hg adalah penentu risiko kematian akibat hipertensi.
Pada kurun waktu 1961-1990 tekanan darah masyarakat Amerika Serikat
umumnya menurun, dan dalam interval 10 tahun pertama setelahnya risiko
kematian akibat penyakit kardiovaskuler juga menurun. Skrining dan
terapi hipertensi yang efektif mungkin yang menyebabkan terjadinya tren
menguntungkan tersebut.
Namun pada kurun waktu 1990-2002 rata-rata
tekanan darah mereka meningkat. Asupan buah dan sayur serta kepatuhan
terhadap pola hidup sehat menurun pada kurun waktu tersebut, dan
prevalensi obesitas abdominal meningkat, kedua tren tersebut
berimplikasi langsung pada meningkatnya prevalensi hipertensi.
Diantara populasi negera-negara industri, prevalensi hipertensi
meningkat secara signifikan. Di Amerika Serikat prevalensi hipertensi
meningkat 10% pada kelompok usia 30an dan meningkat sekitar 50% pada
kelompok usia 60 tahun atau lebih. Namun pada kelompok masyarakat
tertentu termasuk vegetarian ketat dan orang-orang yang tingkat asupan
natriumnya rendah tidak menunjukan tidak menunjukan adanya peningkatan
tekanan darah yang berarti seiring meningkatnya usia mereka.
Strategi dan Bukti
Patofisiologi dan Efek Terapi
Hipertensi esensial adalah istilah yang menunjukan bahwa kondisi
hipertensi tidak disebabkan oleh penyakit ginjal atau adrenal tertentu,
seperti gagal ginjal kronis atau tumor adrenal. Mayoritas pasien
hipertensi adalah kelompok hipertensi esensial. Patofisiologi terjadinya
hipertensi esensial sangat kompleks. Terapi diet hipertensi menyarankan
tiga hal pokok yaitu pola diet sehat, mengurangi asupan natrium dan
mengurangi timbunan lemak dalam tubuh. Ketiga hal tersebut akan sangat
mempengaruhi patofisiologi hipertensi pada banyak titik kontrol.
Asupan makanan yang tinggi natrium sangat berkorelasi dengan hipertensi.
Masuknya natrium kedalam tubuh akan mengawali mekanisme autoregulasi
tekanan darah, dimana asupan natrium yang meningkat akan menyebabkan
peningkatan volume cairan ekstravaskuler, curah jantung, resistensi
perifer dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
darah. Elevasi tekanan darah menyebabkan fenomena yang disebut sebagai
tekanan natriuresis yang menyebabkan peningkatan tekanan perfusi ginjal
dan menyebabkan peningkatan ekskresi cairan dan natrium.
Pada kondisi
hipertensi esensial, ekskresi natrium tersebut terganggu. Ini merupakan
sebuah hipotesis yang menyatakan bahwa pada kebanyakan kasus hipertensi
esensial terjadi karena adanya kelainan genetik yang melibatkan banyak
macam gen yang bersifat individual, yang masing-masing gen tersebut
berperan dalam penanganan kelebihan natrium dalam tubuh.
Selain itu, ada banyak faktor lain yang berperan pada patofisiologi
hipertensi esensial. Terutama pada orang lanjut usia, beberapa arteri
besar seperti aorta dan arteri karotis umumnya menjadi kurang elastis
dan agak kaku sehingga meningkatkan tekanan darah sistolik. Proliferasi
sel-sel otot polos dan disfungsi endotel pada pembuluh darah resistensi
termasuk arteri kecil dan arteriol menyebabkan vasokonstriksi dan
meningkatkan resistensi perifer pembuluh darah.
Meskipun pada sistem
renin-angiotensin-aldosteron terjadi penekanan tekanan darah, aktivitas
angiotensin II tetap meningkat secara lokal pada beberapa jaringan
termasuk ginjal, endotel pembuluh darah dan kelenjar adrenal.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik mungkin juga dapat
mempengaruhi terjadinya hipertensi. Faktor penuaan dan obesitas
mempengaruhi patogenesis hipertensi melaui berbagai mekanisme.
Penurunan asupan natrium dan penurunan berat badan merupakan dua bentuk
intervensi yang cukup efektif untuk menurunkan tekanan darah. Diet
rendah natrium/garam akan mengurangi kerja ginjal untuk mengekskresikan
natrium sehingga menormalkan volume darah. Pengurangan asupan natrium
juga menyebabkan vasodilatasi arteri. Penurunan berat badan akan
mengaktivasi sistem renin-angiotensi-aldosteron dan sistem saraf
simpatis serta mengurangi retensi natrium. Penyusutan lemak perut
meningkatkan fungsi saluran dan pembuluh perifer.
Selain pembatasan asupan natrium dan penurunan berat badan, beberapa
modifikasi diet lain secara kolektif yang dikenal dengan istilah "pola
hidup sehat" juga terbukti mampu membantu mengatasi hipertensi.
Meskipun
mekanisme diet ini belum diklarifikasi, kepatuhan terhadap diet ini
mampu mereset kurva tekanan natriuresis sehingga tekanan yang diperlukan
untuk mengekskresikan natrium cukup rendah, mengurangi volume darah,
mengurangi kekakuan aorta, dan meningkatkan vasodilatasi di jaringan
resistensi kecil. Pola diet yang terbukti menurunkan tekanan darah
adalah buah-buahan, sayuran, susu rendah lemak, biji-bijian, unggas,
ikan, kacang-kacangan, minyak nabati yang mengandung asam lemak tak
jenuh, serta rendah akan kandungan daging merah, dan makanan bergula
tinggi.
Bukti Klinis
Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) adalah sebuah lembaga yang banyak mengkaji tentang masalah-masalah diet yang dihubungkan dengan penanganan hipertensi.DASH telah melakukan penelitian terhadap 459 orang dewasa dengan tekanan darah sistolik kurang dari 160 mm Hg dan tekanan darah diastolik antara 80-95 mm Hg, 133 orang diantaranya menderita hipertensi, dan secara acak mereka dibagi dalam kelompok-kelompok dengan diet rata-rata orang Amerika Serikat, diet makanan kaya buah-buahan dan sayur-sayuran, serta kelompok diet kombinasi kaya buah-buahan, sayuran, susu rendah lemak, dan jumlah natrium yang konstan. Setelah 8 minggu, orang dengan hipertensi yang diet kaya buah-buahan dan sayur-sayuran mengalami penurunan tekanan sistolik dan diastolik masing-masing 7,2 dan 2,8 mm Hg.Sedangkan pada kelompok diet kombinasi menghasilkan penurunan yang lebih besar yaitu 11,4 dan 5,5 mm Hg. Efek yang kurang jelas terlihat pada kelompok yang yang dari awal tidak menderita hipertensi.
Pada percobaan berikutnya DASH juga menganalisa pengaruh diet natrium pada penderita hipertensi. Pada percobaan sejumlah 412 peserta dikelompokkan kedalam 3 kelompok studi yaitu kelompok kelompok diet tinggi natrium, kelompok diet tingkat menengat natrium, dan kelompok diet rendah natrium, masing-masing kelompok menerima asupan natrium sebesar 3,5; 2,3 dan 1,2 gram natrium perhari selama 30 hari. Dari percobaan ini disimpulkan bahwa pengurangan asupan natrium menyebabkan penurunan tekanan sistolik dan diastolik secara signifikan.
Analisis sekunder menyarankan perlunya diet rendah natrium seiring peningkatan usia. Selisish tekanan darah sistolik sekitar 12 mm Hg terjadi antara kelompok usia 55-76 tahun dibandingkan dengan kelompok usia 21-41 tahun dimana kedua kelompok usia tersebut sama-sama mengkonsumsi makanan tinggi natrium seperti halnya diet orang Amerika Serikat pada umumnya. Sebaliknya, tekanan darah sistolik relatif sama pada semua kelompok umur jika mereka sama-sama melakukan diet rendah natrium.
Perempuan, warna kulit hitam, dan orang dengan sindrom metabolisme memberikan respon penurunan tekanan darah sistolik yang lebih rendah terhadap diet rendah natrium.
DASH juga mempelajari tentang diet pengurangan jumlah karbohidrat untuk mencegah penyakit jantung. Diet ini meliputi diet tinggi lemak tak jenuh dan diet tinggi protein. Dibandingkan dengan diet tinggi karbohidrat, diet tinggi protein rata-rata menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 3,5 mm Hg dan diastolik sebesar 2,4 mm Hg. Sedangkan diet tinggi lemak tak jenuh mampu menurunkan tekanan sistolik dan diastolik masing-masing 2,9 dan 1,9 mm Hg. Efek penurunan tekanan darah tak jelas terlihat pada kelompok peserta non hipertensi.
0 comments