Pada
akhir 1980an muncul teori yang sangat popular bahwa inti dari pengobatan
depresi adalah meningkatkan kadar serotonin. Hal ini membuat Prozac menjadi
sangat fenomenal dalam pengobatan depresi karena antidepresan ini bekerja
meningkatkan kadar serotonin.
Meski
popular, para ahli sepakat bahwa tidak berarti ia lebih efektif dibandingkan
antidepresan pendahulunya seperti trisiklik yang bekerja menghalangi absorpsi
serotonin dan norepinefrin dalam otak. Penggunaan Prozac secara luas membawa
dampak yang cukup besar bahkan hingga muncul teori bahwa depresi disebabkan
kekurangan serotonin.
Alan
Frazer, Kepala Departemen Farmakologi Universitas Texas mengatakan bahwa sampai
saat ini tidak ada satupun organisasi yang secara pasti menemukan bahwa depresi
berhubungan dengan hilangnya kadar serotonin.
Belum
lama ini penelitian yang dipublikasikan ACS Chemical Neuroscience pun
menunjukkan bahwa Prozac obat sejenis ternyata tidak beraksi pada 60-70% pasien
depresi. Penelitian dengan hewan coba tikus ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan perilaku antara tikus yang mengalami kekurangan serotonin dengan
tikus pada kelompok kontrol.
Sehingga
bisa ditarik kesimpulan bahwa serotonin bukanlah faktor dominan untuk depresi.
Penelitian ini diharapkan bisa mendorong penelitian lain untuk membentuk
antidepresan baru di kemudian hari.
Sumber :
Majalah Farmacia
0 comments